Kepala LLDIKTI XIV: Pendidikan Tinggi Papua Perlu Jejaring Laboratorium Terpadu untuk Perkuat SDM dan Mutu Lulusan

Sorong, 25 Juli 2025 — Dalam rangkaian acara Konvensi Akademia dan Pertemuan Tahunan BKPTKI 2025 di Hotel Aston Sorong, Kepala LLDIKTI Wilayah XIV, Dr. Suriel Semuel Mofu, S.Pd., M.Ed. TEFL., M.Phil (Oxon), menyampaikan materi penting bertajuk “Menyongsong Transformasi: Strategi dan Tantangan Pendidikan Tinggi di Tanah Papua”. Pemaparan tersebut tidak hanya menyoroti urgensi transformasi pendidikan tinggi, tetapi juga menekankan proyek perubahan strategis yang kini tengah dijalankan oleh LLDIKTI XIV.

Dalam presentasinya, Dr. Suriel Mofu memaparkan bahwa salah satu kunci strategis peningkatan mutu pendidikan tinggi di Tanah Papua adalah membangun jejaring laboratorium terpadu antar perguruan tinggi, baik antara PTS dan PTN maupun dengan lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah.

“Kami di LLDIKTI XIV sedang mendorong terbentuknya sistem Manajemen Organisasi Laboratorium Terpadu yang handal dan permanen. Tujuannya bukan sekadar fasilitas, tetapi memperkuat karakter SDM, meningkatkan mutu lulusan, dan menciptakan dampak nyata bagi kualitas pendidikan tinggi secara menyeluruh di Papua dan Papua Barat,” ungkapnya.

Melalui proyek perubahan tersebut, LLDIKTI XIV menginisiasi Nota Kesepahaman Berbagi Pakai Laboratorium yang telah ditandatangani oleh berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di wilayah kerja Papua dan Papua Barat Daya. Inisiatif ini diyakini dapat mengurangi kesenjangan sarana praktikum, mendorong riset kolaboratif, dan memfasilitasi pengembangan keilmuan berbasis potensi lokal.

Dr. Suriel Mofu juga menyoroti tantangan klasik pendidikan tinggi di Papua, seperti: Ketimpangan distribusi fasilitas dan SDM antara kampus-kampus pusat dan daerah, masih rendahnya angka partisipasi mahasiswa dalam kegiatan riset, terbatasnya akses pada laboratorium terstandar nasional, lemahnya integrasi antara hasil riset kampus dengan program pembangunan daerah.

Sebagai langkah nyata, LLDIKTI XIV siap menjadi penghubung aktif antar-perguruan tinggi serta mendampingi penyusunan model manajemen jejaring laboratorium yang bisa diterapkan lintas institusi secara berkelanjutan.

“Kami ingin membangun ekosistem pendidikan tinggi yang saling terhubung, berbagi, dan berkolaborasi. Bukan hanya soal laboratorium fisik, tapi mentalitas laboratorium kolektif yang mendidik dan melayani,” tegasnya menutup presentasi.

Pemaparan ini mendapatkan perhatian khusus dari para peserta KAPT BKPTKI 2025, terutama para pimpinan PTS dari wilayah Indonesia Timur yang merasakan langsung tantangan infrastruktur pendidikan tinggi. Diharapkan melalui program ini, Papua tidak lagi menjadi wilayah tertinggal dalam hal akses mutu pendidikan, tetapi justru menjadi pusat keunggulan berbasis kontekstual dan kolaboratif.